Ditengah-tengah
arus globalisasi dan modernisasi yang melanda Bali sebagai akibat berkembang
dengan pesatnya sektor pariwisata, menyebabkan bagaimana arus wisata dengan
kedatangan berbagai wisatawan asing, yang memiliki kebudayaan yang
bermacam-macam yang dibawa dari daerahnya masing-masing ini memiliki implikasi
terjadinya perubahan budaya dalam masyarakat Bali. Bermacam-macam teknologi
kemudian mulai diperkenalkan oleh masyarakat asing yang dating ke Bali, bahkan
tidak jarang masyarakat sendiri memiliki teknologi yang muncul sebagai akibat
adanya kontak dengan kebudayaan lain. Lambat laun dapat kita perhatikan bahwa
perubahan sosial sudah terjadi dengan sangat cepatnya di Bali. Perubahan yang
terjadi sebagai akibat dengan kebudayaan asing. Hal ini mempengaruhi
pranata-pranata masyarakat Bali. Sehingga untuk bertahan dari semua itu Bali
memerlukan strategi budaya ke depan untuk tetap dapat survive di daerahnya
sendiri.
Siginifikasi
sifat riil kebudayaan adalah sifat adaptifnya. Kebudayaan telah menciptakan
bagi manusia sebuah alat adapatasi baru terhadap kondisi kehidupannya, dan pola
adaptasi ini jauh melebihi pola adaptasi biologis. Sehingga penekanan konsep
pembangunan selama ini yang bersifat menyeragamkan aspek-aspek kebudayaan lokal
dengan kebudayaan satu daerah akan cenderung mengakibatkan perubahan pada
kebudayaan masyarakat tersebut. Hal ini mendorong terjadinya sebuah proses
evolusi sosio-kultural sebagai bagian dari proses adaptasi dan strategi
mempertahankan kebudayaan oleh suatu komunitas masyarakat. Untuk itu diperlukan
sebuah strategi budaya dalam masyarakat Bali. Tidak saja terhadap hal-hal yang
bersifat fisik namun juga masalah sosialnya. Sehingga pendekatan yang sesuai
adalah menganut strategi budaya yang pernah dikaji oleh van Peursen, yakni
pendekatan mistis, ontologis, dan fungsional. Ketiga tahap ini bukan merupakan tahap
yang bersifat rangking atau seperti urutan anak tangga, jadi tidak sepenuhnya
kehidupan masyarakat Bali itu hanya ditinjau dari satu sisi saja. Melainkan
strategi tersebut harus diterapkan berdasarkan atas situasi dan kondisi yang
ada.
Tahap
strategi budaya Peursen ini lebih menggambarkan bahwa kreativitas dan
inventivitas merupakan faktor penting yang saling terkait. Dalam pertimbangan
ethis.dengan adanya tiga tahap dalam strategi budaya ini maka masyarakat Bali
lebih memiliki sebuah sisi positif untuk mampu melihat ke depan dan berkreasi
sesuai dengan budaya yang ada. Dengan strategi tersebut dapat dijamin bahwa
masyarakat Bali ke depan akan mampu melihat dengan lebih jernih modernisasi dan
tidak hanya sekedar sebagai obyek yang mudah dimanipulasi, tetapi juga sebagai
pangkal pembangunan pariwisata Bali. Sekarang semuanya tergantung masyarakat
Bali sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar