Anthony Giddens
merupakan seorang sosiolog dari London yang terkenal berkat pengembangan teori
stukturasi yang mengkritik adanya teori fungsionalisme dari Talcott Parsons.
Giddens mengandaikan ada 3 hal utama yang menyebabkan teori fungsionalisme
layak dikritik, yaitu:
1) Fungsionalisme mengandaikan manusia sebagai pelaku yang harus taat dengan
tindakannya dan seolah semua yang dilakukan harus sesuai dengan peran yang
sudah ditentukan.
2) Fungsionalisme memandang bahwa sistem sosial memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhi agar ia langgeng menjadi sistem sosial.
3) Fungsionalisme membuang
dimensi waktu (time) dan ruang (space) dalam menjelaskan gejala sosial.
Selain mengkritik teori
fungsionalisme dari Talcott Parsons, Anthony Giddens juga mengkritik teori
strukturalisme dari Claude Levi-Strauss. Dalam strukturalisme mempelajari
tentang suatu ‘kode tersembunyi’ sebagai struktur yang bisa memaksa aktor untuk
bertindak, contohnya adalah mengapa masyarakat gemar untuk membeli perhiasan
emas, bisa saja karena masyarakat menganggap emas dapat menjadi investasi yang
menjanjikan, bisa saja masyarakat hanya menggunakannya untuk bahan pamer atau
sebagainya.Inti dalam pembahasan ini adalah Giddens tidak setuju dengan
dualisme struktur dan pelaku, namun ia lebih menekankan apa yang ia sebut
dengan dualitas. Atas fakta struktur dan pelaku bukanlah sesuatu yang saling
menegasikan atau bertentangan, tapi keduanya saling mengandaikan. Dalam teorinya, Giddens membagi
pemikirannya dalam 2 pokok pembahasan yaitu pelaku dan struktur sebagai
bahasan pertama serta waktu dan ruang sebagai bahasan kedua.
Pelaku adalah orang-orang yang kongkrit dalam arus kontinu
tindakan dan peristiwa di dunia. Struktur dalam pengertian Giddens bukanlah
totalitas gejala, bukan ‘kode tersembunyi’ khas strukturalisme, cara produksi
marxis, bukan sebagian dari totalitas gejala khas fungsionalisme.
Struktur adalah aturan (rules)
dan sumberdaya (resources) yang terbentuk (dan membentuk) dari
perulangan praktik sosial. Dualitas struktur dan pelaku merupakan hasil
sekaligus sarana suatu praktik sosial.
Dari pengertian ini,
teori stukturasi dibangun dengan mengandaikan sebuah proses yang terjadi dan
memungkinkan terjadinya perulangan untuk membentuk perilaku sosial.
Ruang dan waktu
adalah sebuah petunjuk untuk menentukan bagaimana suatu perilaku sosial
terjadi. Ruang dan waktu merupakan unsur yang terkandung dan terkait langsung
dalam berlangsungnya suatu tindakan sosial.
Dalam teori strukturasi Giddens, menegaskan bahwa unsur ruang dan waktu
memiliki peran yang sangat penting, penambahan akhiran –asi dalam kata
strukturasi memiliki makna bahwa penegasan akan proses yang sedang tejadi,
contohnya adalah perayaan tahun baru di Indonesia pastinya berbeda dengan
perayaan tahun baru di Amerika karena adanya perbedaan unsur ruang dan waktu
antar kedua negara tersebut yang menyebabkan perbedaan perilaku sosial di kedua
negara tersebut.
Teori strukturasi
menunjukan bahwa untuk memahami masyarakat orang tidak dapat dilihat dari
tindakan individu atau sifat struktur yang menjaga masyarakat melainkan
keduanya harus diperiksa. Giddens mungkin telah menjadi paling terkenal untuk
pengembangan jalan ketiga, Ia merupakan filsafat politik yang berusaha
mendefinisikan kembali demokrasi sosial untuk pasca perang dingin dan era
globalisasi. Hal ini merupakan upaya untuk mengatasi sistem sosial tradisional
nilai demokrasi dan neo liberal.
A. Teori Strukturasi
Strukturasi
merupakan teori yang dikembangkan oleh Anthony Giddens sebagai jalan tengah
untuk mengakomodasi dominasi struktur atau kekuatan sosial dengan pelaku
tindakan(agen). Ini dijadikan sebagai penengah perdebatan kencang antara
strukturalisme dan subyektivisme. Strukturalisme yang menekankan pada dominasi
peran struktur di dalam kehidupan sosial dan menjadi kekuatan sosial yang mampu
mencengkram dan mengendalikan individu-individu secara penuh. Sedangkan hal ini
berbanding terbalik dengan konsep subyektivisme yang lebih menekankan pada
peran dan tindakan individu aktif sebagai faktor dominan dalam suatu tatanan
kehidupan sosial, karena individu bertindak sebagai agen. Akhirnya strukturasi
muncul dengan gagasan-gagasan baru diluar perdebatan dualitas diatas. Teori ini
beranggapan bahwa antara agen dan struktur memiliki peran yang sama dan
signifikan di dalam realitas sosial.
Teori strukturasi sendiri mengajarkan konsep tentang individu yang
dikatakan sebagai aktor (agency) yang memiliki peran untuk meproduksi
dan mereproduksi struktur dalam tatanan ssosial yang mapan. Jadi agen mampu
untuk merubah dan menghasilkan struktur-struktur baru jika tidak menemukan
kepuasan dari struktur yang sudah ada sebelumya. Struktur merupakan seperangkat
aturan (rule) dan sumber daya (resource) atau seperangkat
hubungan transformasi yang diorganisasikan secara rekursif sebagai
sifat-sifat sosial. Menurut Giddens, struktur lahir atas beberapa kesadaran
sebagai hasil dari pengaruh kejadian sehari-hari dalam konteks tindakan sosial
yang dilakukan secara terus menerus (rekursif)). Kita mengenal keadaran
praktis dan diskursif serta keadaan tidak sadar. Kesadaran praktis sendiri
terdiri atas semua hal yang aktor-aktor mengetahui secara diam-diam tanpa dapat
memberi mereka pernyataan diskursif secara langsung. Sementara itu, kesadaran
diskursif (diskursive conciousnes) berarti kemampuan meletakkan sesuatu
dalam kata-kata. Sedangkan tidak sadar (unconciousnes) dalam konteks
teori psikoanalisis memiliki referensi pada lawan dari kesadaran diskursif atau
memiliki pengertian sebagai tidak dapat memberikan ungkapan verbal pada
ketepatan tindakan.
Struktur
juga terbentuk karena adanya tradisi, institusi, aturan moral serta cara-cara
mapan melakukan sesuatu, dan hal ini semata-mata merupakan akibat yang
ditimbulkan dari tindakan agen. Terbentuknya struktur juga membutuhkan waktu
yang panjang, karena melewati satuan waktu dengan tidak membatasi pada
ruang-ruang tertentu.Giddens juga menyatakan konsep rutinisasi. Rutin,
hal apapun yang dikerjakan dengan kebiasaan, merupakan elemen paling dasar dari
aktivitas sosial sehari-hari. Rutinisasi merupakan hal penting dalam mekanisme
psikologis, yaitu rasa percaya atau keselamatan ontologis dilanggengkan dalam
aktivitas kehidupan sosial sehari-hari. Dengan membawa secara utama kesadaran
praktis, kerutinan berarti menggerakkan sebuah baji, antara isi yang secara
potensial eksplosif dari kesadaran dan monitoring refleksif dari tindakan saat
agen tersebut ditampilkan. Dalam teori inipun struktur mempunyai peran yang
penting terhadap individu, yaitu membatasi (constrainig) serta membuka
kemungkinan (enabling) bagi tindakan agen. Jadi melalui aturan-aturan
yang ada, struktur mampu mengekang kebebasan yang dimilki oleh agen. Struktur
dalam konteks tindakan sosial berperan sebagai sarana (medium) dan
sumber daya (resource) bagi tindakan sosial yang kemudian memebentuk
sistem dan institusi sosial. Strukturasi tidak melepaskan diri dari pembahasan
konsep ruang dan waktu dalam kehidupan sosial yang berjalan utamanya pada
struktur masyarakat.
Giddens
melihat aktivitas sosial selalu dijadikan dalam waktu-waktu sebagai berikut. Pertama,
secara temporal atau bersifat sementara. Kedua, secara paradigmatik,
yaitu membangkitkan struktur yang ditampilkan dalam bentuk contoh-contoh. Ketiga,
secara spasial, yaitu berhubungan berhubungan dengan ruang dan tempat. Masing-masing
hubungan sangat penting untuk memahami perubahan sosial, karena ketiganya
berpengaruh secara kuat pada rentang (jarak) tindakan yang mungkin untuk
agen-agen. Contoh analisis terkait ruang dan waktu ini adalah globalisasi. Ia
merupakan transformasi ruang dan waktu karena, sekalipun berjarak antarlokasi
yang ditempati individu jelas mampu mempengaruhi pihak lain. Dengan demikian,
tindakan-tindakan individu berimplikasi pada kehidupan global.
Kebiasaan
makan di indonesia misalnya, tidak saja akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan
waralaba yang ada di indonesia, tetapi juga perusahaan-perusahaan waralaba yang
beroperasi di Eropa maupun Amerika. Dari semua hipotesis tersebut, strukturasi
melihat sisi kehidupan sosial tidak dari sisi struktur semata, melainkan
melibatkan individu-individu sebagai agen. Implikasinya adalah dalam melihat
masalah-masalah sosial yang terjadi Giddens mengajarkan bahwa idealnya manusia
harus memperhatikan kedua komponen tersebut.
B. Dualitas Struktur
Hal yang penting dalam teori strukturasi Giddens yakni mengenai konsep
dualitas struktur. Dimana struktur bukan hanya menghambat melainkan juga
memberdayakan sehingga actor individu ditentukan oleh sejumlah kekuatan sosial
yang ada diluar diri mereka sebagai obyek individu. Sedangkan struktur sosial
tersebut memberdayakan subyek untuk bertindak. Bagi Giddens, identitas
dikemukakan sebagai isu agensi (individu mengkonstruksi suatu proyeksi) dan
sebagai determinasi sosial (proyeksi kita dikonstruksi secara sosial dan
identitas sosial melekat pada kita). Contoh, yang dimaksud dengan menjadi
seorang ibu dalam suatu masyarakat bisa berarti bahwa kita tidak dapat
menjalankan kerja upahan, sehingga kita terhambat.
Namun, struktur keibuan juga memungkinkan kita bertindak sebagai seorang ibu
yang dekat dengan anak-anak, membentuk jaringan dengan ibu lain, dan sterusnya.
Demikian pula halnya dengan bahasa, kita semua dikonstruksi dan dihambat oleh
bahasa yang telah hadir mendahului kita, namun bahasa juga merupakan sarana dan
media kesadaran diri dan kreativitas. Jadi kita hanya bisa mengatakan apa yang
bisa dikatakan dalam bahasa, akan tetapi bahasa adalah media dimana kita dapat
mengatakan apapun. Ada dua pendekatan yang kontras bertentangan, dalam
memandang realitas sosial. Pertama, pendekatan yang terlalu menekankan pada
dominasi struktur dan kekuatan sosial (seperti, fungsionalisme Parsonian dan
strukturalisme, yang cenderung ke obyektivisme). Kedua, pendekatan yang terlalu
menekankan pada individu (seperti, tradisi hermeneutik, yang cenderung ke
subyektivisme).
Menghadapi dua pendekatan yang kontras berseberangan tersebut, Anthony
Giddens tidak memilih salah satu, tetapi merangkum keduanya lewat teori
strukturasi. Lewat teori strukturasi, Giddens menyatakan, kehidupan sosial
adalah lebih dari sekadar tindakan-tindakan individual. Namun, kehidupan sosial
itu juga tidak semata-mata ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial. Menurut
Giddens, human agency dan struktur sosial berhubungan satu sama lain.
Tindakan-tindakan yang berulang-ulang (repetisi) dari agen-agen individual-lah
yang mereproduksi struktur tersebut. Tindakan sehari-hari seseorang memperkuat
dan mereproduksi seperangkat ekspektasi. Perangkat ekspektasi orang-orang
lainlah yang membentuk apa yang oleh sosiolog disebut sebagai “kekuatan sosial”
dan “struktur sosial.” Hal ini berarti, terdapat struktur sosial –seperti,
tradisi, institusi, aturan moral—serta cara-cara mapan untuk melakukan sesuatu.
Namun, ini juga berarti bahwa semua struktur itu bisa diubah, ketika orang
mulai mengabaikan, menggantikan, atau mereproduksinya secara berbeda.
C. Dualitas Struktur dan Agency
Dalam pandangan Giddens, terdapat sifat dualitas pada struktur. Yakni,
struktur sebagai medium, dan sekaligus sebagai hasil (outcome) dari
tindakan-tindakan agen yang diorganisasikan secara berulang (recursively).
Maka properti-properti struktural dari suatu sistem sosial sebenarnya tidak
berada di luar tindakan, namun sangat terkait dalam produksi dan reproduksi
tindakan-tindakan tersebut. Struktur dan agency (dengan tindakan-tindakannya)
tidak bisa dipahami secara terpisah. Pada tingkatan dasar, misalnya, orang
menciptakan masyarakat, namun pada saat yang sama orang juga dikungkung dan
dibatasi (constrained) oleh masyarakat. Struktur diciptakan,
dipertahankan, dan diubah melalui tindakan-tindakan agen. Sedangkan
tindakan-tindakan itu sendiri diberi bentuk yang bermakna (meaningful form)
hanya melalui kerangka struktur. Jalur kausalitas ini berlangsung ke dua arah
timbal-balik, sehingga tidak memungkinkan bagi kita untuk menentukan apa yang
mengubah apa. Struktur dengan demikian memiliki sifat membatasi (constraining)
sekaligus membuka kemungkinan (enabling) bagi tindakan agen.
D. Tingkatan Kesadaran
Dalam teori strukturasi, si agen atau aktor memiliki tiga tingkatan
kesadaran:
1) Kesadaran diskursif (discursive consciousness). Yaitu, apa yang mampu dikatakan atau
diberi ekspresi verbal oleh para aktor, tentang kondisi-kondisi sosial,
khususnya tentang kondisi-kondisi dari tindakannya sendiri. Kesadaran diskursif
adalah suatu kemawasdirian (awareness) yang memiliki bentuk diskursif.
2) Kesadaran praktis (practical consciousness). Yaitu, apa yang aktor
ketahui (percayai) tentang kondisi-kondisi sosial, khususnya kondisi-kondisi
dari tindakannya sendiri. Namun hal itu tidak bisa diekspresikan si aktor
secara diskursif. Bedanya dengan kasus ketidaksadaran (unsconscious)
adalah, tidak ada tabir represi yang menutupi kesadaran praktis.
3) Motif atau kognisi tak sadar (unconscious motives/cognition).
Motif lebih merujuk ke potensial bagi tindakan, ketimbang cara (mode)
tindakan itu dilakukan oleh si agen. Motif hanya memiliki kaitan langsung
dengan tindakan dalam situasi yang tidak biasa, yang menyimpang dari rutinitas.
Sebagian besar dari tindakan-tindakan agen sehari-hari tidaklah secara langsung
dilandaskan pada motivasi tertentu.
E. Terjadinya Perubahan (change) dalam struktur
Pemahaman tentang kesadaran praktis ini sangat fundamental bagi teori
strukturasi. Struktur dibentuk oleh kesadaran praktis, berupa tindakan
berulang-ulang, yang tidak memerlukan proses perenungan (refleksif), dan
tidak ada “pengambilan jarak” oleh si agen terhadap struktur. Ketika makin
banyak agen mengadopsi cara-cara mapan atau rutinitas keseharian dalam melakukan
sesuatu, mereka sebenarnya telah memperkuat tatanan struktur (order). Perubahan
(change) struktur bisa terjadi jika semakin banyak aktor/agen yang
mengadopsi kesadaran diskursif.
Yaitu, manakala si agen “mengambil jarak” dari struktur, dan melakukan
sesuatu tindakan dengan mencari makna/nilai dari tindakannya tersebut. Hasilnya
bisa berupa tindakan yang menyimpang dari rutinitas atau kemapanan, dan praktis
telah mengubah struktur tersebut. Perubahan juga bisa terjadi karena
konsekuensi dari tindakan, yang hasilnya sebenarnya tidak diniatkan sebelumnya
(unintended consequences). Unintended consequences mungkin secara
sistematis menjadi umpan balik, ke arah kondisi-kondisi yang tidak diketahui
bagi munculnya tindakan-tindakan lain lebih jauh. Dalam kasus unintended
consequences ini, bukan adanya atau tidak-adanya niat (intensi) yang
penting. Namun, adanya kompetensi atau kapabilitas di pihak si agen untuk
melakukan perubahan. Jadi, hal ini sebenarnya berkaitan dengan kuasa atau
power. Giddens menekankan pentingnya power, yang merupakan sarana mencapai
tujuan, dan karenanya terlibat secara langsung dalam tindakan-tindakan setiap
orang. Power adalah kapasitas transformatif seseorang untuk mengubah dunia
sosial dan material.
Daftar Pustaka
Herry. B-Priyono. 2003,
Anthony Giddens Suatu Pengantar, Yogyakarta.
Johnson, Doyle
Paul.1986.Teori Sosiologi Klasik dan Modern 2.Jakarta:Rajawali Press.
Poloma, Margaret
M.1979.Sosiologi Kontemporer.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.
Priyono, B.
Herry.2000.Sebuah Terobosan Teoritis.Jakarta:Basis.
Ritzer, George.2003.Teori
Sosiologi Modern.Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar