Monkay kung fuu

Cute Rocking Baby Monkey

Sabtu, 30 November 2013

TEORI STRUKTURASI SEBAGAI JALAN TENGAH (ANTHONY GIDDENS)



Anthony Giddens merupakan seorang sosiolog dari London yang terkenal berkat pengembangan teori stukturasi yang mengkritik adanya teori fungsionalisme dari Talcott Parsons. Giddens mengandaikan ada 3 hal utama yang menyebabkan teori fungsionalisme layak dikritik, yaitu:
1)      Fungsionalisme mengandaikan manusia sebagai pelaku yang harus taat dengan tindakannya dan seolah semua yang dilakukan harus sesuai dengan peran yang sudah ditentukan.
2)      Fungsionalisme memandang bahwa sistem sosial memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar ia langgeng menjadi sistem sosial.
3)      Fungsionalisme membuang dimensi waktu (time) dan ruang (space) dalam menjelaskan gejala sosial.       

Selain mengkritik teori fungsionalisme dari Talcott Parsons, Anthony Giddens juga mengkritik teori strukturalisme dari Claude Levi-Strauss. Dalam strukturalisme mempelajari tentang suatu ‘kode tersembunyi’ sebagai struktur yang bisa memaksa aktor untuk bertindak, contohnya adalah mengapa masyarakat gemar untuk membeli perhiasan emas, bisa saja karena masyarakat menganggap emas dapat menjadi investasi yang menjanjikan, bisa saja masyarakat hanya menggunakannya untuk bahan pamer atau sebagainya.Inti dalam pembahasan ini adalah Giddens tidak setuju dengan dualisme struktur dan pelaku, namun ia lebih menekankan apa yang ia sebut dengan dualitas. Atas fakta struktur dan pelaku bukanlah sesuatu yang saling menegasikan atau bertentangan, tapi keduanya saling mengandaikan.            Dalam teorinya, Giddens membagi pemikirannya dalam 2 pokok pembahasan yaitu pelaku dan struktur sebagai bahasan pertama serta waktu dan ruang sebagai bahasan kedua.
*      Pelaku adalah orang-orang yang kongkrit dalam arus kontinu tindakan dan peristiwa di dunia. Struktur dalam pengertian Giddens bukanlah totalitas gejala, bukan ‘kode tersembunyi’ khas strukturalisme, cara produksi marxis, bukan sebagian dari totalitas gejala khas fungsionalisme.
*      Struktur adalah aturan (rules) dan sumberdaya (resources) yang terbentuk (dan membentuk) dari perulangan praktik sosial. Dualitas struktur dan pelaku merupakan hasil sekaligus sarana suatu praktik sosial.
Dari pengertian ini, teori stukturasi dibangun dengan mengandaikan sebuah proses yang terjadi dan memungkinkan terjadinya perulangan untuk membentuk perilaku sosial.
*        Ruang dan waktu adalah sebuah petunjuk untuk menentukan bagaimana suatu perilaku sosial terjadi. Ruang dan waktu merupakan unsur yang terkandung dan terkait langsung dalam berlangsungnya suatu tindakan sosial.
Dalam teori strukturasi Giddens, menegaskan bahwa unsur ruang dan waktu memiliki peran yang sangat penting, penambahan akhiran –asi dalam kata strukturasi memiliki makna bahwa penegasan akan proses yang sedang tejadi, contohnya adalah perayaan tahun baru di Indonesia pastinya berbeda dengan perayaan tahun baru di Amerika karena adanya perbedaan unsur ruang dan waktu antar kedua negara tersebut yang menyebabkan perbedaan perilaku sosial di kedua negara tersebut.
Teori strukturasi menunjukan bahwa untuk memahami masyarakat orang tidak dapat dilihat dari tindakan individu atau sifat struktur yang menjaga masyarakat melainkan keduanya harus diperiksa. Giddens mungkin telah menjadi paling terkenal untuk pengembangan jalan ketiga, Ia merupakan filsafat politik yang berusaha mendefinisikan kembali demokrasi sosial untuk pasca perang dingin dan era globalisasi. Hal ini merupakan upaya untuk mengatasi sistem sosial tradisional nilai demokrasi dan neo liberal.


A.    Teori Strukturasi
            Strukturasi merupakan teori yang dikembangkan oleh Anthony Giddens sebagai jalan tengah untuk mengakomodasi dominasi struktur atau kekuatan sosial dengan pelaku tindakan(agen). Ini dijadikan sebagai penengah perdebatan kencang antara strukturalisme dan subyektivisme. Strukturalisme yang menekankan pada dominasi peran struktur di dalam kehidupan sosial dan menjadi kekuatan sosial yang mampu mencengkram dan mengendalikan individu-individu secara penuh. Sedangkan hal ini berbanding terbalik dengan konsep subyektivisme yang lebih menekankan pada peran dan tindakan individu aktif sebagai faktor dominan dalam suatu tatanan kehidupan sosial, karena individu bertindak sebagai agen. Akhirnya strukturasi muncul dengan gagasan-gagasan baru diluar perdebatan dualitas diatas. Teori ini beranggapan bahwa antara agen dan struktur  memiliki peran yang sama dan signifikan di dalam realitas sosial.
Teori strukturasi sendiri mengajarkan konsep tentang individu yang dikatakan sebagai aktor (agency) yang memiliki peran untuk meproduksi dan mereproduksi struktur dalam tatanan ssosial yang mapan. Jadi agen mampu untuk merubah dan menghasilkan struktur-struktur baru jika tidak menemukan kepuasan dari struktur yang sudah ada sebelumya. Struktur merupakan seperangkat aturan (rule) dan sumber daya (resource) atau seperangkat hubungan transformasi yang diorganisasikan secara rekursif sebagai sifat-sifat sosial. Menurut Giddens, struktur lahir atas beberapa kesadaran sebagai hasil dari pengaruh kejadian sehari-hari dalam konteks tindakan sosial yang dilakukan secara terus menerus (rekursif)). Kita mengenal keadaran praktis dan diskursif serta keadaan tidak sadar. Kesadaran praktis sendiri terdiri atas semua hal yang aktor-aktor mengetahui secara diam-diam tanpa dapat memberi mereka pernyataan diskursif secara langsung. Sementara itu, kesadaran diskursif (diskursive conciousnes) berarti kemampuan meletakkan sesuatu dalam kata-kata. Sedangkan tidak sadar (unconciousnes) dalam konteks teori psikoanalisis memiliki referensi pada lawan dari kesadaran diskursif atau memiliki pengertian sebagai tidak dapat memberikan ungkapan verbal pada ketepatan tindakan.
Struktur juga terbentuk karena adanya tradisi, institusi, aturan moral serta cara-cara mapan melakukan sesuatu, dan hal ini semata-mata merupakan akibat yang ditimbulkan dari tindakan agen. Terbentuknya struktur juga membutuhkan waktu yang panjang, karena melewati satuan waktu dengan tidak membatasi pada ruang-ruang tertentu.Giddens juga menyatakan konsep rutinisasi. Rutin, hal apapun yang dikerjakan dengan kebiasaan, merupakan elemen paling dasar dari aktivitas sosial sehari-hari. Rutinisasi merupakan hal penting dalam mekanisme psikologis, yaitu rasa percaya atau keselamatan ontologis dilanggengkan dalam aktivitas kehidupan sosial sehari-hari. Dengan membawa secara utama kesadaran praktis, kerutinan berarti menggerakkan sebuah baji, antara isi yang secara potensial eksplosif dari kesadaran dan monitoring refleksif dari tindakan saat agen tersebut ditampilkan. Dalam teori inipun struktur mempunyai peran yang penting terhadap individu, yaitu membatasi (constrainig) serta membuka kemungkinan (enabling) bagi tindakan agen. Jadi melalui aturan-aturan yang ada, struktur mampu mengekang kebebasan yang dimilki oleh agen. Struktur dalam konteks tindakan sosial berperan sebagai sarana (medium) dan sumber daya (resource) bagi tindakan sosial yang kemudian memebentuk sistem dan institusi sosial. Strukturasi tidak melepaskan diri dari pembahasan konsep ruang dan waktu dalam kehidupan sosial yang berjalan utamanya pada struktur masyarakat.
Giddens melihat aktivitas sosial selalu dijadikan dalam waktu-waktu sebagai berikut. Pertama, secara temporal atau bersifat sementara. Kedua, secara paradigmatik, yaitu membangkitkan struktur yang ditampilkan dalam bentuk contoh-contoh. Ketiga, secara spasial, yaitu berhubungan berhubungan dengan ruang dan tempat. Masing-masing hubungan sangat penting untuk memahami perubahan sosial, karena ketiganya berpengaruh secara kuat pada rentang (jarak) tindakan yang mungkin untuk agen-agen. Contoh analisis terkait ruang dan waktu ini adalah globalisasi. Ia merupakan transformasi ruang dan waktu karena, sekalipun berjarak antarlokasi yang ditempati individu jelas mampu mempengaruhi pihak lain. Dengan demikian, tindakan-tindakan individu berimplikasi pada kehidupan global.
Kebiasaan makan di indonesia misalnya, tidak saja akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan waralaba yang ada di indonesia, tetapi juga perusahaan-perusahaan waralaba yang beroperasi di Eropa maupun Amerika. Dari semua hipotesis tersebut, strukturasi melihat sisi kehidupan sosial tidak dari sisi struktur semata, melainkan melibatkan individu-individu sebagai agen. Implikasinya adalah dalam melihat masalah-masalah sosial yang terjadi Giddens mengajarkan bahwa idealnya manusia  harus memperhatikan kedua komponen tersebut.
B.     Dualitas Struktur
Hal yang penting dalam teori strukturasi Giddens yakni mengenai konsep dualitas struktur. Dimana struktur bukan hanya menghambat melainkan juga memberdayakan sehingga actor individu ditentukan oleh sejumlah kekuatan sosial yang ada diluar diri mereka sebagai obyek individu. Sedangkan struktur sosial tersebut memberdayakan subyek untuk bertindak. Bagi Giddens, identitas dikemukakan sebagai isu agensi (individu mengkonstruksi suatu proyeksi) dan sebagai determinasi sosial (proyeksi kita dikonstruksi secara sosial dan identitas sosial melekat pada kita). Contoh, yang dimaksud dengan menjadi seorang ibu dalam suatu masyarakat bisa berarti bahwa kita tidak dapat menjalankan kerja upahan, sehingga kita terhambat.
Namun, struktur keibuan juga memungkinkan kita bertindak sebagai seorang ibu yang dekat dengan anak-anak, membentuk jaringan dengan ibu lain, dan sterusnya. Demikian pula halnya dengan bahasa, kita semua dikonstruksi dan dihambat oleh bahasa yang telah hadir mendahului kita, namun bahasa juga merupakan sarana dan media kesadaran diri dan kreativitas. Jadi kita hanya bisa mengatakan apa yang bisa dikatakan dalam bahasa, akan tetapi bahasa adalah media dimana kita dapat mengatakan apapun. Ada dua pendekatan yang kontras bertentangan, dalam memandang realitas sosial. Pertama, pendekatan yang terlalu menekankan pada dominasi struktur dan kekuatan sosial (seperti, fungsionalisme Parsonian dan strukturalisme, yang cenderung ke obyektivisme). Kedua, pendekatan yang terlalu menekankan pada individu (seperti, tradisi hermeneutik, yang cenderung ke subyektivisme).
Menghadapi dua pendekatan yang kontras berseberangan tersebut, Anthony Giddens tidak memilih salah satu, tetapi merangkum keduanya lewat teori strukturasi. Lewat teori strukturasi, Giddens menyatakan, kehidupan sosial adalah lebih dari sekadar tindakan-tindakan individual. Namun, kehidupan sosial itu juga tidak semata-mata ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial. Menurut Giddens, human agency dan struktur sosial berhubungan satu sama lain. Tindakan-tindakan yang berulang-ulang (repetisi) dari agen-agen individual-lah yang mereproduksi struktur tersebut. Tindakan sehari-hari seseorang memperkuat dan mereproduksi seperangkat ekspektasi. Perangkat ekspektasi orang-orang lainlah yang membentuk apa yang oleh sosiolog disebut sebagai “kekuatan sosial” dan “struktur sosial.” Hal ini berarti, terdapat struktur sosial –seperti, tradisi, institusi, aturan moral—serta cara-cara mapan untuk melakukan sesuatu. Namun, ini juga berarti bahwa semua struktur itu bisa diubah, ketika orang mulai mengabaikan, menggantikan, atau mereproduksinya secara berbeda.
C.    Dualitas Struktur dan Agency
Dalam pandangan Giddens, terdapat sifat dualitas pada struktur. Yakni, struktur sebagai medium, dan sekaligus sebagai hasil (outcome) dari tindakan-tindakan agen yang diorganisasikan secara berulang (recursively). Maka properti-properti struktural dari suatu sistem sosial sebenarnya tidak berada di luar tindakan, namun sangat terkait dalam produksi dan reproduksi tindakan-tindakan tersebut. Struktur dan agency (dengan tindakan-tindakannya) tidak bisa dipahami secara terpisah. Pada tingkatan dasar, misalnya, orang menciptakan masyarakat, namun pada saat yang sama orang juga dikungkung dan dibatasi (constrained) oleh masyarakat. Struktur diciptakan, dipertahankan, dan diubah melalui tindakan-tindakan agen. Sedangkan tindakan-tindakan itu sendiri diberi bentuk yang bermakna (meaningful form) hanya melalui kerangka struktur. Jalur kausalitas ini berlangsung ke dua arah timbal-balik, sehingga tidak memungkinkan bagi kita untuk menentukan apa yang mengubah apa. Struktur dengan demikian memiliki sifat membatasi (constraining) sekaligus membuka kemungkinan (enabling) bagi tindakan agen.


D.    Tingkatan Kesadaran
Dalam teori strukturasi, si agen atau aktor memiliki tiga tingkatan kesadaran:
1)      Kesadaran diskursif (discursive consciousness). Yaitu, apa yang mampu dikatakan atau diberi ekspresi verbal oleh para aktor, tentang kondisi-kondisi sosial, khususnya tentang kondisi-kondisi dari tindakannya sendiri. Kesadaran diskursif adalah suatu kemawasdirian (awareness) yang memiliki bentuk diskursif.

2)      Kesadaran praktis (practical consciousness). Yaitu, apa yang aktor ketahui (percayai) tentang kondisi-kondisi sosial, khususnya kondisi-kondisi dari tindakannya sendiri. Namun hal itu tidak bisa diekspresikan si aktor secara diskursif. Bedanya dengan kasus ketidaksadaran (unsconscious) adalah, tidak ada tabir represi yang menutupi kesadaran praktis.


3)      Motif atau kognisi tak sadar (unconscious motives/cognition). Motif lebih merujuk ke potensial bagi tindakan, ketimbang cara (mode) tindakan itu dilakukan oleh si agen. Motif hanya memiliki kaitan langsung dengan tindakan dalam situasi yang tidak biasa, yang menyimpang dari rutinitas. Sebagian besar dari tindakan-tindakan agen sehari-hari tidaklah secara langsung dilandaskan pada motivasi tertentu.

E.     Terjadinya Perubahan (change) dalam struktur
Pemahaman tentang kesadaran praktis ini sangat fundamental bagi teori strukturasi. Struktur dibentuk oleh kesadaran praktis, berupa tindakan berulang-ulang, yang tidak memerlukan proses perenungan (refleksif), dan tidak ada “pengambilan jarak” oleh si agen terhadap struktur. Ketika makin banyak agen mengadopsi cara-cara mapan atau rutinitas keseharian dalam melakukan sesuatu, mereka sebenarnya telah memperkuat tatanan struktur (order). Perubahan (change) struktur bisa terjadi jika semakin banyak aktor/agen yang mengadopsi kesadaran diskursif.
Yaitu, manakala si agen “mengambil jarak” dari struktur, dan melakukan sesuatu tindakan dengan mencari makna/nilai dari tindakannya tersebut. Hasilnya bisa berupa tindakan yang menyimpang dari rutinitas atau kemapanan, dan praktis telah mengubah struktur tersebut. Perubahan juga bisa terjadi karena konsekuensi dari tindakan, yang hasilnya sebenarnya tidak diniatkan sebelumnya (unintended consequences). Unintended consequences mungkin secara sistematis menjadi umpan balik, ke arah kondisi-kondisi yang tidak diketahui bagi munculnya tindakan-tindakan lain lebih jauh. Dalam kasus unintended consequences ini, bukan adanya atau tidak-adanya niat (intensi) yang penting. Namun, adanya kompetensi atau kapabilitas di pihak si agen untuk melakukan perubahan. Jadi, hal ini sebenarnya berkaitan dengan kuasa atau power. Giddens menekankan pentingnya power, yang merupakan sarana mencapai tujuan, dan karenanya terlibat secara langsung dalam tindakan-tindakan setiap orang. Power adalah kapasitas transformatif seseorang untuk mengubah dunia sosial dan material.

 Daftar Pustaka

Herry. B-Priyono. 2003, Anthony Giddens Suatu Pengantar, Yogyakarta.

Johnson, Doyle Paul.1986.Teori Sosiologi Klasik dan Modern 2.Jakarta:Rajawali Press.

Poloma, Margaret M.1979.Sosiologi Kontemporer.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.

Priyono, B. Herry.2000.Sebuah Terobosan Teoritis.Jakarta:Basis.

Ritzer, George.2003.Teori Sosiologi Modern.Jakarta : Kencana Prenada Media Group.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar