Motivasi
adalah perpaduan antara keinginan dan energi untuk mencapai tujuan tertentu.
Memengaruhi motivasi seseorang berarti membuat orang tersebut melakukan apa
yang kita inginkan. Karena fungsi utama dari kepemimpinan adalah untuk
memimpin, maka kemampuan untuk memengaruhi orang adalah hal yang penting. Prinsip
Dasar Motivasi Penelitian Kenneth Gangel, dalam bukunya "Competent to
Lead", menunjukkan bahwa orang tidak termotivasi untuk bekerja lebih baik,
karena dia mendapat gaji yang lebih tinggi atau tunjangan yang lebih banyak. Motivasi
adalah suatu fenomena psikologis, sehingga kita perlu mengetahui pendapat dari
para psikolog. Mungo Miller, pimpinan Affiliated Psychological Services,
mencetuskan enam prinsip umum motivasi sebagaimana di bawah ini:
1.
Motivasi adalah proses psikologis,
atau lebih tepatnya proses emosional, bukan logis.
2.
Motivasi pada dasarnya adalah proses
yang tidak kita sadari. Tindakan yang kita atau orang lain lakukan mungkin saja
tampak tidak logis, namun bagi orang yang melakukannya, tindakannya tampak
wajar dan masuk akal.
3.
Motivasi bersifat individual.
Tingkah laku seseorang bersumber dari dirinya sendiri.
4.
Motivasi tiap orang berbeda, begitu
juga setiap individu bervariasi dari waktu ke waktu.
5.
Motivasi adalah proses sosial. Tak
dapat diingkari, bahwa terpenuhi atau tidaknya kebutuhan kita tergantung dari
orang lain.
6.
Dalam tindakan sehari-hari, kita
dipandu oleh kebiasaan yang bersumber dari motivasional di masa lalu.
Pendorong
Motivasi
Motivasi seseorang sering kali dipengaruhi oleh dua
hal berikut.
1.
Seberapa mendesaknya suatu
kebutuhan. Misalnya, kita merasa lapar, namun harus menyelesaikan satu tugas
dengan segera. Kalau kita merasa sangat lapar, kita akan makan. Tapi bila kita
hanya sedikit merasa lapar, kita akan memilih untuk menyelesaikan tugas.
2.
Anggapan bahwa suatu tindakan akan
memenuhi suatu kebutuhan. Misalnya, ada dua kebutuhan yang mendesak --
keinginan untuk menyelesaikan tugas atau makan. Persepsi tentang bagaimana kita
memandang dua kebutuhan tersebut sangat menentukan mana yang akan diprioritaskan.
Kalau kita berpikir bahwa kita bisa dipecat karena tugas tidak selesai, kita
akan mengorbankan waktu makan siang untuk mengerjakannya.
Sebaliknya, jika kita merasa tidak
akan mendapat masalah walaupun pekerjaan itu tidak selesai, kita akan pergi
untuk makan siang.
Orang dapat termotivasi karena
kepercayaan, nilai, minat, rasa takut, dan sebagainya. Diantaranya adalah
faktor internal seperti kebutuhan, minat, dan kepercayaan. Faktor lainnya
adalah faktor eksternal, misalnya bahaya, lingkungan, atau tekanan dari orang
yang dikasihi. Tak ada proses yang mudah dalam motivasi -- kita harus selalu
terbuka dalam memandang orang lain. Menjadi Motivator yang baik adalah penting
bagi seorang pemimpin untuk mengetahui bagaimana cara memotivasi karyawannya.
MM Feinberg menjabarkan beberapa tindakan yang tidak memotivasi orang lain.
a)
Meremehkan bawahan. Tindakan ini
bisa membunuh rasa percaya diri dan inisiatif karyawan.
b)
Mengkritik karyawan di depan
karyawan lain. Tindakan ini pun bisa merusak hubungan yang sudah terbina baik.
c)
Memberi perhatian setengah-setengah
atau tidak memerhatikan karyawan. Kalau seorang pemimpin tidak memedulikan
karyawannya, maka rasa percaya dirinya akan luntur.
d)
Memerhatikan diri sendiri. Pemimpin
yang seperti ini dianggap egois dan hanya memanipulasi karyawan untuk
kepentingannya sendiri.
e)
Menganak emaskan seorang karyawan.
Tindakan ini sebaiknya juga tidak dilakukan, karena bisa merusak moral karyawan
lain.
f)
Tidak mendorong karyawan untuk
berkembang. Kalau karyawan merasa bahwa bos juga ikut berjuang bersama, mereka
akan sangat termotivasi. Informasikan kesempatan yang ada dan jangan pernah
mengekang minat para karyawan.
g)
Tidak memedulikan hal-hal kecil. Apa
yang nampaknya kecil bagi Anda, mungkin saja sangat penting untuk karyawan.
h)
Merendahkan karyawan yang kurang
terampil. Seorang pemimpin memang wajib menolerir ketidakmampuan karyawannya,
namun harus hati-hati dalam menangani permasalahan yang ditimbulkan agar tidak
sampai mempermalukan karyawannya.
i)
Ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
Atasan yang ragu-ragu mengakibatkan kebimbangan di seluruh organisasi.
Sesungguhnya,
cara yang paling baik untuk memotivasi karyawan adalah melibatkan mereka dalam
proses pengambilan keputusan. Saran, rekomendasi, dan kritik adalah pendorong
yang paling efektif dan sangat memotivasi organisasi yang berani menerapkannya.
Ø Sumber:
dirangkum oleh Lanny dari: Clark, Donald. R. 2000. "Motivation",
dalam http://www.nwlink.com/~donclark/leader/leader.html.
Engstrom, Ted. W. 1976. The Making of A Christian Leader. Michigan: Zondervan
Books. Hal. 127 -- 131.
Proses kepemimpinan
secara singkat sering dikatakan sebagai cara untuk mencapai tujuan melalui
orang lain. Orang lain disini bisa diartikan sebagai orang-perorang, atau
sekelompok orang. Akan tetapi karena orang banyak itu terdiri dari individu
dengan kebutuhan yang bervariasi, diperlukan kiat-kiat khusus untuk mengatur
supaya kebutuhan, keinginan, dan kepentingan yang bermacam-macam tersebut bisa
terakomodasi sehingga timbul dorongan atau motivasi untuk secara mandiri
bekerja mencapai tujuan pribadi maupun kelompok. Dalam proses kepemimpinan, motivasi merupakan sesuatu
yang esensial dalam kepemimpinan, karena memimpin adalah memotivasi.
Seorang pemimpin harus bekerja
bersama-sama dengan orang lain atau bawahannya, untuk itu diperlukan kemampuan
memberikan motivasi kepada bawahan. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat
dengan motivasi, sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang
lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat bergantung kepada
kewibawaan, dan juga pemimpin itu di dalam menciptakan motivasi di dalam diri
setiap orang bawahan maupun atasan pemimpin itu sendiri. Seorang pemimpin
memotivasi pengikut melalui gaya kepemimpinan tertentu yang akan menghasilkan
pencapaian tujuan kelompok dan tujuan individu. Pengikut yang termotivasi akan
berusaha mencapai tujuan secara sukarela dan selanjutnya menghasilkan kepuasan. Kepuasan
mengakibatkan kepada perilaku pencapaian tujuan yang diulang kembali untuk mencapai
tujuan atau memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang.
Motivasi adalah kekuatan atau daya
dorong yang menggerakkan sekaligus mengarahkan kehendak, perilaku seseorang dan
segala kekuatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, yang muncul dari
keinginan memenuhi kebutuhannya. Motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang
ingin dipenuhi. Kebutuhan ini menimbulkan keinginan dalam diri seseorang untuk
memenuhinya. Di sisni kebutuhan dapat dilihat sebagai kekurangan (defisiensi)
yang dialami individu pada waktu tertentu. Kekurangan tersebut dapat bersifat
fisik (misalnya : kebutuhan akan makanan), psikologis (misalnya : kebutuhan
untuk beraktualisasi diri), atau sosiologis (misalnya : kebutuhan untuk
interaksi sosial).
Kekurangan-kekurangan merupakan
pemicu timbulnya keinginan dan perilaku untuk meresponnya. Sebenarnya kalau
ditelusuri lebih dalam, motivasi bukan saja karena adanya kebutuhan, melainkan
lebih karena adanya harapan akan dapat dipenuhinya kebutuhan itu.
Ada
8 (delapan) faktor yang mempengaruhi motivasi, antara lain :
1.
Pekerjaan yang bermakna.
2.
Kolaborasi.
3.
Fair.
4.
Otonomi.
5.
Pengakuan.
6.
Pertumbuhan.
7.
Hubungan dengan
pemimpin.
8.
Hubungan dengan rekan
kerja.
Douglas
McGregor mengemukakan strategi kepemimpinan akan efektif dengan menggunakan
konsep manajemen partisipasi. Konsep terkenal dengan menggunakan asumsi-asumsi
sifat dasar manusia.
Morrison (1994)
memberikan pengertian motivasi sebagai kecendrungan seseorang melibatkan diri
dalam kegiatan yang mengarah sasaran. Jika perilaku tersebut mengarah pada
suatu obyek (sasaranya) maka dengan motivasi tersebut akan diperoleh pencapaian
target atau sasaran yang sebesar-besarnya sehingga pelaksanaan tugas dapat
dikerjakan dengan sebaik-baiknya, sehingga efektivitas kerja dapat dicapai.
Menurut Gibson (1997),
motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang karyawan yang menimbulkan
dan mengarahkan perilaku. Jadi lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan suatu rangkaian kegitan pemberian dorongan, yaitu bukan hanya kepada
orang lain tetapi juga kepada diri sendiri. Sehingga melalui dorongan ini
diharapkan akan dapat bertindak kearah tujuan yang diinginkan.
Vroom (1964)
dalam Luthan (2005) mengatakan kekuatan motivasi adalah valensi
dan harapan. Teori pengharapan berargumentasi bahwa motivasi kerja ditentukan
oleh keyakinan individu yang berhubungan dengan, hubungan usaha-kinerja (expectancy
= pengharapan), hubungan kerja-hasil (instrumentalitas = perantara),
dan persepsi pentingnya berbagai macam hasil pekerjaan (valence =
valensi).
Motivasi
sebagaimana didefinisikan oleh Robbins (2003) merupakan kemauan
untuk menggunakan usaha tingkat tinggi untuk
tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha untuk memenuhi
beberapa kebutuhan individu. Dalam definisi ini ada tiga (3) elemen
penting yaitu; usaha, tujuan dan kebutuhan.
Ø
Sumber: Engstrom,
Ted. W. 1988. Seizing The Torch. California: Regal Books. Hal. 5 57 -- 74.
https://docs.google.com/document/d/1-kaU1Bg49i0...4xj4srgs/edit
v
KESIMPULAN
Motivasi adalah perpaduan antara
keinginan dan energi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
proses kepemimpinan, motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam kepemimpinan, karena memimpin adalah memotivasi. Seorang pemimpin harus
bekerja bersama-sama dengan orang lain atau bawahannya, untuk itu diperlukan
kemampuan memberikan motivasi kepada bawahan.
Kepemimpinan mempunyai
kaitan yang erat dengan motivasi, sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam
menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat
bergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu di dalam menciptakan
motivasi di dalam diri setiap orang bawahan maupun atasan pemimpin itu sendiri.
Orang dapat termotivasi karena kepercayaan, nilai, minat, rasa takut,
dan sebagainya. Diantaranya adalah faktor internal seperti kebutuhan, minat,
dan kepercayaan. Faktor lainnya adalah faktor eksternal, misalnya bahaya,
lingkungan, atau tekanan dari orang yang dikasihi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar