BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya wisata Gunung kawi menjadi salah satu faktor
pendorong terjadinya suatu perubahan di daerah Wonosari, tidak di pungkiri
adanya pusat wisata Gunung Kawi menjadikan daerah tersebut menjadi cukup
berkembang, baik dalam sektor perekonomian masyarakat, sosial, dll. Disamping
itu gunung kawi sendiri menjadi suatu objek penelitian (KKN, SEKRIPSI, dll)
bagi mahasiswa. Gunung Kawi adalah salah satu tempat wisata di wonosari, tempat
ini berkembang menjadi daerah tujuan wisata ziarah sejak tahun 1980-an. Dengan adanya fasilitas yang diberikan oleh
pemerintah terhadap pelestarian Gunung Kawi, pengunjung dimanjakan dengan aneka
hiburan dan tempat makan yang sangat beragam sebelum memasuki area pesarean,
jalan menuju pesarean pun sudah dibangun begitu juga dengan infrastruktur
lainnya.
Pesarean Gunung Kawi bermula saat di Gunung Kawi ini terdapat makam dua orang tokoh yang diagungkan yang
dimakamkan dalam satu liang lahat, yaitu makam Eyang Djoeugo atau Kanjeng kyai Zakaria II (wafat pada tanggal 22 januari 1871) dan
Eyang Suedjono atau Raden Mas Imam Seodjono (wafat pada tanggal 8 februari 1876). Mereka
adalah para tokoh bangsawan yang ikut menentang penjajah di bawah kepemimpinan
Pangeran Diponegoro. Perjuangannya antara tahun 1825-1830. Mbah Djoego
merupakan buyut dari Susuhanan Pakubuwono I. Adapun RM Imam Soedjono buyut dari
Sultan Hamengkubuwono I. Beberapa tahun setelah meninggalnya kedua tokoh tersebut,
pesarean Gunung Kawi sering dikunjungi oleh masyarakat. Mereka memiliki
kepercayaan apabila berdoa dengan niatan baik dan sungguh-sungguh di makam
tersebut, apa yang menjadi keinginannya akan terkabulkan/terwujud. Hal tersebut
terus berlangsung hingga sekarang. Setiap malam Jum’at Legi selalu diadakan
ritual keagamaan dengan tujuan mendoakan kedua tokoh tersebut.
Selain malam Jum’at Legi, hari yang dianggap sakral di
Gunung Kawi terkait dengan kepercayaan
Jawa, maka kunjungan biasanya dikaitkan dengan hari-hari pasaran Jawa: Jum’at
Legi, Senin Pahing, Syuro, dan Tahun Baru. Pada hari-hari tersebut, pesarean
Gunung Kawi tidak pernah sepi pengunjung. Salah satu kebiasaan pengunjung
ketika sampai di Gunung Kawi pada malam Jum’at Legi adalah mandi di air sumber.
Terdapat dua pemandian air sumber di Gunung Kawi yaitu pemandian sumber manggis
dan pemandian sumber urip.
1.1 Rumusan Masalah
1.
Mendiskripsikan tentang modernisasi.
2.
Apasaja dampak dari modernisasi?
3.
Bagaimana sejarah ritual Gunung Kawi?
4.
Bagaimana jika masyarakat gunung kawi dikaitkan dengan
teori modernisasi?
2.1 Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui teori modernisasi
2.
Mengetahui dampak dari modernisasi
3.
Mengetahui sejarah ritual gunung kawi
4.
Mengetahui penerapan/implementasi modernisasi
masyarakat gunung kawi.
3.1
Manfaat
Penelitian
1. Sebagai bahan informasi atau
refrensi
bagi khalayak
umum, yang didalamnya menerangkan tentang budaya yang ada dalam
masyrakat kawi dan juga transformasi modernisasi di Wonosari.
2. Sebagai bahan refrensi bagi mahasiswa dan masyrakat yang
membutuhkan informasi tentang budaya, mitos, cerita, dan
modernisasi di gunung kawi.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Teori Modernisasi
Modernisasi diartikan sebagai
perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau
dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern.
Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut. Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk
pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau
kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai
kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur. Diungkapkan pula
modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
berkembang sekarang ini. Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi
betul-betul dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil. Berikut pengertian
modernisasi menurut beberapa ahli:
a)
Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi
total dari kehidupan bersama
yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke
arah pola-pola ekonomis dan politis.
b)
Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk
dari perubahan sosial yang
terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social
planning. (dalam buku Sosiologi:
suatu pengantar)
c)
Wilbert E
Moore yang menyebutkan modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan
bersama yang tradisional atau pra
modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis
dan politis yang
menjadi ciri Negara barat yang stabil. Sementara menurut J W School,
modernisasi adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala
aspek-aspeknya.
2.2 Dampak
Modernisasi
1.
Dampak Positif
Dampak positif teknologi modernisasi adalah sebagai
berikut.
- Perubahan Tata Nilai dan Sikap: Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat yang irasional menjadi rasional.
- Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di waktu sekarang ini.
- Tingkat Kehidupan yang lebih Baik: Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah maju menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih, dan juga merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, hal ini juga dipengaruhi tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu perkembangan modernisasi.
2. Dampak
Negatif
Dampak negatif teknologi modernisasi adalah sebagai
berikut.
- Pola Hidup Konsumtif: Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing – masing.
- Sikap Individualistik: Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.
- Gaya Hidup Kebarat-baratan: Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
- Kesenjangan Sosial: Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik.
- Kriminalitas: Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif.
Dengan dasar pengertian di atas maka
secara garis besar istilah modern mencakup pengertian sebagai berikut:
Ø Modern
berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya taraf
penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
Ø Modern
berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup dalam
masyarakat.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1
Jenis Peneliian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian kualitatif, dimana penelitian kulitatif adalah metode yang
dapat menemukan makna dalam suatu objek maslaah yang sedang diteliti. Metode penelitian
kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dan mengandung makna.
Artinya makna tersebut adalah data yang sebenarnya, data yang bersifat pasti
dan memiliki nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu, dalam penelitian
kualitatif lebih menekankan pada makna dari suatu yang akan diteliti. Melalui
penelitian kualitatif ini, peneliti bisa melakukan eksplorasi terhadap suatu
objek. Disini peneliti juga menggunakan jenis penelitian studi kasus, dimana
studi kasus sendiri, adalah penelitian yang mendalam mengenai suatu individu
atau kelompok, suatu organisasi, dan sebaginya. Dalam waktu tertentu dengan
tujuan untuk memperoleh diskripsi yang utuh. Oleh karena itu peneliti
menggunakan penelitian kualitatif dikarenakan penelitian ini membutuhkan data
yang harus dilakukan dengan mengunakan observasi dan dilakukan secara mendalam.
Sedangkan peneliti memilih menggunakan studi kasus karena peneliti berusaha
menggalih lebih dalam mengenai judul dati penelitiannya.
3.2
Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah
transformasi masyarakat gunung kawi ke
arah modernisasi. Dengan menggunakan teori
modernisasi yang mengatakan bahwa modernisasi ialah perubahan masyarakat yang
bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra-modern menuju
kepada suatu masyarakat yang modern. Maka masyarakat gunung kawi bisa termasuk
didalamnya karena Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk
pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau
kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai
kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
3.3
Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasikan di
Malang – Jawa Timur, tepatnya di kecamatan Wonosari, Kira-kira 40 Km di sebelah barat kota Malang (Jawa Timur), diseberang lereng sebelah
selatan Gunung Kawi, yaitu di desa wonosari.
3.4
Teknik Pemilihan Informasi
Dalam penelitian ini, teknik yang
digunakan dalam memilih informan adalah purposive sampling, dimana
tekhnik ini peneliti menentukan sendiri sampel yang diambilnya karena adanya
pertimbangan tertentu, sampel tidak diambil secara acak namun di tentukan
sendiri oleh peneliti, disini peneliti melihat langsung dan mencari informasi
mengenai tempat wisata gunung kawi yang mampu menyedot perhatian orang banyak,
sehingga mampu menunjang perekonomian masyarakat yang selanjutnya mendorong
masyarakat ke arah modernisasi. Diharapkan dengan menggunakan tekhnik ini
kriteria sampel yang diperoleh benar-benr sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan.
3.5
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian yang dilakukan,
peneliti menggunakan 2 jenis sumber data, yaitu : Data Primer dan Data
Sekunder. Data Primer didapat dari hasil observasi dan wawancara, sedangkan
data Sekunder didapat dari studi kepustakaan.
- Data Primer
Data Primer adalah data
yang dapatkan langsung dari informan maupun lingkungan sekitar dimana
penelitian dilakukan, yaitu pesarean Gunung Kawi, data didapat menggunakan
tekhnik Observasi dan Wawancara.
1)
Observasi: Adalah cara pengambilan data dengan
pengamatan langsung yang dapat dilakukan dengan menggunakan seluruh alat
indera. Dimana observasi dilakukan pada hari senin & selasa(05-06 November
2013).
2)
Wawancara: Sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara dilakukan
secara tidak terstruktur, dan dilakukan di area sekitar pesarean. Pemilihan
interviewee berdasarkan kriteria yang dibutuhkan untuk dapat menunjang
penelitian.
- Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media berupa
internet dan buku pesarean Gunung Kawi, yang didapat dari pesarean tersebut.
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan.
3.6
Teknik Analisa Data
Penganalisisan data dilakukan setelah data terkumpul melalui observasi dan
wawancara yang telah dilakukan sebelumnya, dalam menganalisis data peneliti
menggunakan metode metode coding, metode ini digunakan untuk mempermudah
peneliti dalam membuat makalah penelitian. Hal ini disebabkan karena fungsi coding
dalam penelitian untuk mencari sekaligus menemukan jawaban terhadap pertanyaan
penelitian, isu-isu penelitian, atau permasalahan penelitian. Coding
yang dilakukan adalah open coding (merupakan proses untuk mengurai,
menelaah, mengartikan kata, membandingkan dan mengkatagorisasikan data yang
ada), axial coding (merupakan prosedur yang diarahkan untuk melihat
keterkaitan antar katagori-katagori yang dihasilkan melalui open coding),
dan selective coding ( merupakan suatu proses untuk menyeleksi katagori
pokok, kemudian secara sistimatis menghubungkannya dengan katagori-katagori
yang lainnya. Proses ini secara langsung akan memvalidasi keterikatan antara
katagori-katagori yang berhasil diidentifikasi). Metode-metode ini akan di
lampirkan pada halaman paling belakang.
3.7
Keabsahan Data
Dalam sebuah penelitian, penting adanya
bagi data tersebut valid dan reliable. Valid dalam hal ini
adalah, data yang didapat harus dapat dipertanggung jawabkan sumbernya,
data-data tersebut bersumber dari keterangan beberapa mayarakat yang memiliki peran penting di Gunung
Kawi dan hasil observasi dilapangan. Sedangkan reliable yang dimaksud
adalah data – data tersebut dapat dipercaya oleh pembaca dan dapat dimanfaatkan
kegunaannya dengan baik.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sejarah
Ritual Gunung Kawi
Gunung Kawi adalah sebuah gunung berapi di Jawa Timur, Indonesia, dekat dengan Gunung Butak, Gunung Kawi, terletak di sebelah
barat kota Malang merupakan obyek wisata yang perlu untuk dikunjungi bila
berada di Jawa Timur karena keunikannya, obyek wisata ini lebih tepat dijuluki
sebagai “kota di pegunungan“. Di sini
tidak akan menemukan suasana gunung yang sepi, tapi justru kita akan disuguhi
sebuah pemandangan mirip di negeri tiongkok zaman dulu. Di sepanjang jalan kita
akan menemui bangunan bangunan dengan arsitektur khas Tiongkok, dimana terdapat
sebuah kuil/klenteng tempat untuk bersembahyang atau
melakukan ritual khas Kong Hu Cu. Biasanya orang-orang Tionghoa mengunjungi tempat ini pada
hari-hari tertentu untuk melakukan ritual keagamaan seperti memohon keselamatan
, giam si , ci suak, dll. Ada banyak hal unik yang berhubungan dengan kepercayaan yang dapat kita
temukan di gunung Kawi, Salah satu diantaranya adalah sebuah pohon yang konon
dipercaya bila kita kejatuhan daunnya, maka kita akan mendapat rejeki.
Pada malam-malam tertentu akan banyak sekali orang
yang duduk di bawah pohon ini. Selain pohon, terdapat juga makam Mbah Djoego (jugo),
seorang pertapa pembantu Pangeran Diponegoro, yang juga sangat dijaga oleh
penduduk setempat. Maka dari itu tempat ini biasa di jadikan sebagai tempat
untuk melakukan wisata ritual dan bahkan banyak yang mengatakan tempat ini
sebagai tempat mencari pesugihan. Kronologi sejarah wisata ritual Gunung Kawi
dimulai pada tahun 1830, setelah Pangeran Diponegoro menyerah pada Belanda.
Banyak pengikutnya dan pendukungnya yang melarikan diri ke arah bagian timur
pulau Jawa, yaitu Jawa Timur. Di antaranya selaku penasehat spiritual Pangeran
Diponegoro yang bernama Eyang Djoego atau Kyai Zakaria. Beliau pergi ke
berbagai daerah di antaranya Pati, Begelen, Tuban, lalu pergi ke arah Timur
Selatan (Tenggara) ke daerah Malang yaitu Kepanjen.
Pengembaranya mencapai daerah Kesamben Blitar,
tepatnya di dusun Djoego, Desa Sanan, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar. Diperkirakan beliau sampai di Dusun Djoego
sekitar tahun 1840, beliau di dusun Djoego ditemani sesepuh Desa Sanan bernama
Ki Tasiman. Setelah beliau berdiam di dusun Djoego Desa Sanan beberapa tahun
antara dekade tahun 1840-1850 maka datanglah murid-muridnya yang juga anak angkat
beliau yang bernama Raden Mas Jonet atau yang lebih dikenal dengan Raden Mas
Iman Soedjono, beliau ini adalah salah satu dari para senopati Pangeran
Diponegoro yang ikut melarikan diri ke daerah timur pulau jawa yaitu Jawa
Timur. Dalam pengembaraanya beliau telah menemukan seorang guru dan juga
sebagai ayah angkat di daerah Kesamben, Kabupaten Blitar tepatnya didusun
Djoego Desa Sanan, yaitu Panembahan Eyang Djoego atau Kyai Zakaria, kemudian
R.M. Iman Soedjono berdiam di dusun Djoego untuk membantu Eyang Djoego dalam
mengelola Padepokan Djoego. Pada waktu itu Padepokan Djoego telah berkembang,
banyak pengunjung menjadi murid Kanjeng Eyang Djoego.
Beberapa tahun kemudian tahun 1850-1860, datanglah
murid R.M. Iman Soedjono yang bernama Ki Moeridun dari Warungasem Pekalongan.
Setelah R.M.Iman Soedjono dan Ki Moeridun berdiam di Padepokan Djoego, beberapa
waktu kemudian diperintahkan pergi ke Gunung Kawi di lereng sebelah selatan,
untuk membuka hutan lereng selatan Gunung Kawi. Kanjeng Eyang Djoego berpesan
bahwa di tempat pembukaan hutan itulah beliau ingin dikramatkan (dimakamkan),
beliau juga berpesan bahwa di desa itulah kelak akan menjadi desa yang ramai
dan menjadi tempat pengungsian (imigran). Setelah pembabatan hutan dilereng
selatan Gunung Kawi dianggap selesai, maka diutuslah salah satu pendereknya
(pengikut) untuk pulang ke dusun Djoego, Desa Sanan Kesamben, untuk melapor
kepada Eyang Djoego bahwa pembabatan hutan dilereng selatan Gunung Kawi telah
selesai dilakukan. Setelah mendengar laporan dari utusan R.M. Iman Soedjono tersebut
maka berangkatlah Kanjeng Eyang Djoego ke dusun Wonosari di lereng selatan
Gunung Kawi. Pada hari Senin Pahing tanggal Satu Selo Tahun 1817 M, Kanjeng
Eyang Djoego wafat.
Jenasahnya dibawa dari Dusun Djoego Kesamben ke dusun
Wonosari Gunung Kawi, untuk dimakamkan sesuai permintaan beliau yaitu di gumuk
(bukit) Gajah Mungkur di selatan Gunung Kawi, kemudian tiba di Gunung Kawi pada
hari Rabu Wage malam, dan dikeramat (dimakamkan) pada hari Kamis Kliwon pagi. Dengan
wafatnya Kanjeng Eyang Djoego pada hari Senin Pahing, maka pada setiap hari
Senin Pahing diadakan sesaji dan selamatan oleh Kanjeng Eyang R.M. Iman
Soedjono. Apabila, hari Senin Pahing tepat pada bulan Selo (bulan Jawa ke
sebelas), maka selamatan diikuti oleh seluruh penduduk Desa Wonosari yang
dilakukan pada pagi harinya. Kegiatan ini sampai sekarang terkenal dengan nama
Barikan. Pada hari Rabu Kliwon tahun 1876 Masehi, Kanjeng Eyang R.M. Iman
Soedjono wafat, dan dimakamkan berjajar dengan makam Kanjeng Mbah Djoego di
Gumuk Gajah Mungkur.
Sejak
meninggalnya Eyang R.M. Iman Soejono, Dusun Wonosari bertambah ramai. Pada
tahun 1931 datang seorang Tiong Hwa yang bernama Ta Kie Yam (Pek Yam) untuk
berziarah di Gunung Kawi. Pek Yam merasa tenang hidup di Gunung Kawi dan
akhirnya dia menetap didusun Wonosari untuk ikut mengabdi kepada Kanjeng Eyang
(Mbah Djoego dan R.M. Soedjono) dengan cara membangun jalan dari pesarehan
sampai kebawah dekat stamplat.Setelah jalan itu jadi, kemudian dilengkapi
dengan beberapa gapura, mulai dari stanplat sampai dengan sarehan. Selain pesarean sebagai fokus utama tujuan para pengunjung, terdapat
tempat-tempat lain yang dikunjungi karena dikeramatkan dan dipercaya mempunyai
kekuatan magis untuk mendatangkan keberutungan, antara lain:
1)
Rumah
padepokan Eyang Sujo
Rumah padepokan
ini semula dikuasakan kepada pengikut terdekat Eyang Sujo yang bernama Ki
Maridun. Di tempat ini terdapat berbagai peninggalan yang dikeramatkan milik
Eyang Sujo, antara lain adalah bantal dan guling yang berbahan batang pohon
kelapa, serta tombak pusaka semasa perang Diponegoro.
2)
Guci Kuno
Dua buah guci kuno merupakan peninggalan Eyang Jugo. Pada jaman dulu guci
kuno ini dipakai untuk menyimpan air suci untuk pengobatan.
Masyarakat sering menyebutnya dengan nama ‘janjam’. Mungkin ingin menganalogikan
dengan air zamzam dari Padang Arafah yang memiliki aneka khasiat. Guci kuno ini
sekarang diletakkan di samping kiri pesarean. Masyarakat meyakini bahwa dengan
meminum air dari guci ini akan membuat seseorang menjadi awet muda.
3)
Pohon
Dewandaru
Di area pesarean, terdapat pohon yang dianggap akan mendatangkan
keberuntungan. Pohon ini disebut pohon Dewandaru, yang artinya pohon kesabaran.
Eyang Jugo dan Eyang Sujo menanam pohon ini sebagai perlambang daerah ini aman.
Untuk mendapat ‘simbol perantara kekayaan’, para peziarah menunggu dahan, buah
dan daun jatuh dari pohon. Ketika ada yang jatuh, mereka langsung berebut.
Untuk memanfaatkan sebagai sebuah azimat, biasanya daun itu dibungkus dengan
selembar uang kemudian disimpan ke dalam dompet. Namun, untuk mendapatkan daun
dan buah dewandaru diperlukan kesabaran. Hitungannya tidak hanya jam, tetapi
bisa berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Bila harapan mereka terkabul, para
peziarah akan datang lagi ke tempat ini untuk melakukan syukuran. Tidak ada persyaratan khusus untuk berziarah ke tempat ini, hanya membawa
bunga sesajen, dan menyiapkan uang secara sukarela. Namun para peziarah yakin,
semakin banyak mengeluarkan uang atau sesajen, semakin banyak berkah yang akan
didapat.
masuk ke makam keramat, para peziarah bersikap seperti hendak menghadap
raja, mereka berjalan dengan lutut. Hingga dewasa ini pesarean tersebut telah banyak dikunjungi oleh berbagai
kalangan dari berbagai lapisan masyarakat. Mereka bukan saja berasal di daerah
Malang, Surabaya, atau daerah lain yang berdekatan dengan lokasi pesarean ,
tetapi juga dari berbagai penjuru tanah air. Heterogenitas pengunjung seperti
ini mengindikasikan bahwa sosok kedua tokoh yang diagungkan di pesarean Gunung
Kawi tersebut adalah sosok kedua tokoh yang kharismatik dan populis. Namun di sisi lain, motif para pengunjung yang datang ke
pesarean ini pun sangat beragam pula. Ada yang hanya sekedar berwisata,
mendoakan leluhur, melakukan penelitian ilmiah, dan yang paling umum adalah
kunjungan ziarah untuk memanjatkan doa agar keinginan lekas terkabul.
4)
Pemandian Sumber Manggis
Pemandian
Sumber Manggis merupakan sumber mata air yang pada awal Raden Mas Imam Soedjono
membuat hutan dan mendirikan pedusunan yang dinamakan Wonosari, sumber ini
dipergunakan untuk sarana kebutuhan kebersihan, misalnya untuk mandi dan
berwudhu. Semula pemandian ini berlokasi di tengah hutan agak jauh dari
padepokan Raden Mas Imam Soedjono. Nama Sumber Manggis berasal dari Raden Mas
Imam Soedjono yang menanam biji manggis di atas mata air tersebut sehingga
tanaman manggis tumbuh subur.
5)
Pemandian Sumber Urip
Pemandian Sumber Urip terletak kurang lebih 500 meter
di bawah arah timur pesarean. Mata air ini semula berada di tengah hutan yang
lebat. Sumber mata air ini ditemukan oleh Raden Asim Nitiredjopada tahun 1946.
Kini pemandian tersebut telah dibangun kamar-kamar dengan aliran air yang
bersih. Sehingga banyak orang ingin mandi di temapat tersebut.
4.2 Analisis dengan Teori Modernisasi
Pada awalnya
masyarakat di Gunung Kawi bermata pencaharian sebagai petani dengan
mengandalkan potensi yang terdapat di alam, tapi dengan ramainya pengunjung
yang datang ke tempat wisata religi ini masyrakat mulai bisa memanfaatkan
situasi dan kondisi tempat wisata ini. Banyak faktor yang mempengaruhi
wisatawan untuk datang ke tempat wisata religi ini, diantara merka datang untuk
berziarah ke gunung kawi karena yakin akan mendapatkan berkah sepulangnya hal
ini disebabkan karena cerita masyarakat yang berkembang. Seperti halnya Pohon
Dewandaru yang dipercaya sebagai pohon yang dikeramatkan karena menunggu
daunnya jatuh akan mendapatkan keberuntungan hal ini disebabkan oleh adanya
cerita masyarakat yang sudah melekat di sekitar gunung kawi. Banyak dari mereka
yang memang sukses setelah berkunjung dari gunung kawi hal ini menjadikan
motivasi bagi orang lain untuk datang ketempat wisata ini. Karena banyak wisatawan
yang datang sehingga berdampak pada perekonomian yang meningkat.
Masyarakat memanfaatkn hari-hari tertentu untuk berjualan (hasil bumi di
kawi, aneka makanan, bunga untuk melakukan ritul, dll) dan juga ada yng bersedia
menyewakan penginapan. Dikaitkan dengan
teori modernisasi yang mengatakan bahwa Modernisasi ialah perubahan masyarakat
yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra-modern
menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Maka masyarakat gunung kawi bisa termasuk
didalamnya karena Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk
pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau
kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai
kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur. Ini dipengaruhi
oleh tingkat ekonomi masyarakat gunung kawi yang kian tinggi yang berasal dari pendapatan
daerah dengan memanfaatkan dan mengelola tempat wisata gunug kawi, sehingga
menunjang dan mendukung masyarakat untuk berfikir lebih maju yang di iringi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa modernisasi merupakan hasil dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
berkembang. Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul dirasakan
dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil. Begitu pula yang
terjadi pada masyarakat kawi, Khususnya desa wonosari yang sekarang ini
mengalami transformasi dari keadaan yang kurang maju atau
kurang berkembang ke arah yang lebih baik, ini disebabkan karena adanya
pengaruh dari luar. Sehingga cara berpikir masyarakat kawipun yang awalnyan irasional menjadi rasional dan
berorientasi kedepan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari observasi di pesarean Gunung Kawi
tersebut
- Dikaitkan dengan teori modernisasi yang mengatakan bahwa Modernisasi ialah perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra-modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Maka masyarakat gunung kawi bisa termasuk didalamnya karena Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
2.
Desa wonosari mengalami transformasi dari keadaan yang kurang maju atau
kurang berkembang ke arah yang lebih baik, ini disebabkan karena adanya
pengaruh dari luar. Sehingga cara berpikir masyarakat kawipun yang awalnyan irasional menjadi rasional dan
berorientasi kedepan.
- Banyak orang yang termotivasi untuk datang berziarah ke gunung kawi, yaitu di makam Eyang Djoego atau Kyai Zakaria dan Raden Mas Iman Soedjono karena yakin akan mendapatkan berkah sepulangnya dari sana hal ini disebabkan karena cerita/asumsi yang berkembang di kalangan masyarakat luas.
- Pohon Dewandaru dipercaya sebagai pohon yang dikeramatkan karena menunggu daunnya jatuh akan mendapatkan keberuntungan hal ini disebabkan oleh adanya cerita masyarakat yang sudah melekat di sekitar gunung kawi.
5.2 Saran
1.
Wajar jika masyarakat di sekitar Gunung
Kawi mengalami modernisasi, tapi itu semua harus diiringi dengan pengetahuan
sehingga modernisasi lebih mengarah ke arah yang positif.
2.
Dibutuhkannya Perubahan Tata Nilai dan Sikap: Adanya
modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat
yang irasional menjadi rasional.
3. Kita boleh
mempercayai hal-hal yang mistis, seperti berdoa di makam Eyang Djoego atau Kyai
Zakaria dan Raden Mas Iman Soedjono karena yakin akan mendapatkan berkah. Tapi
kita harus ingat bahwa semua datang dari Tuhan dan kembali pun hanya kepadaNYA.
Jadi lebih baik dan mulianya jika kita meminta segala sesuatu hanya kepada
Tuhan Yang Maha Esa tiada yang lain.
4. Saya
tekankan lagi bahwa keberuntungan itu datangnya dari Tuhan dan sebaliknya. Kita
tidak boleh percaya pada hal-hal yang menurut kita tabu atau belum tentu
kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
- http://gunungkawi.synthasite.com/sejarah.php.
- http://d.wikipedia.org/wiki/Gunung_Kawi
- http://andimutazab.com/tehnik-metode-penelitian-kualitatif.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar