Monkay kung fuu

Cute Rocking Baby Monkey

Sabtu, 30 November 2013

MASYARAKAT GUNUNG KAWI MENUJU MODERNISASI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Adanya wisata Gunung kawi menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya suatu perubahan di daerah Wonosari, tidak di pungkiri adanya pusat wisata Gunung Kawi menjadikan daerah tersebut menjadi cukup berkembang, baik dalam sektor perekonomian masyarakat, sosial, dll. Disamping itu gunung kawi sendiri menjadi suatu objek penelitian (KKN, SEKRIPSI, dll) bagi mahasiswa. Gunung Kawi adalah salah satu tempat wisata di wonosari, tempat ini berkembang menjadi daerah tujuan wisata ziarah sejak tahun 1980-an.  Dengan adanya fasilitas yang diberikan oleh pemerintah terhadap pelestarian Gunung Kawi, pengunjung dimanjakan dengan aneka hiburan dan tempat makan yang sangat beragam sebelum memasuki area pesarean, jalan menuju pesarean pun sudah dibangun begitu juga dengan infrastruktur lainnya.
Pesarean Gunung Kawi bermula saat di Gunung Kawi ini terdapat makam dua orang tokoh yang diagungkan yang dimakamkan dalam satu liang lahat, yaitu makam Eyang Djoeugo atau Kanjeng kyai Zakaria II (wafat pada tanggal 22 januari 1871) dan Eyang Suedjono atau Raden Mas Imam Seodjono (wafat pada tanggal 8 februari 1876). Mereka adalah para tokoh bangsawan yang ikut menentang penjajah di bawah kepemimpinan Pangeran Diponegoro. Perjuangannya antara tahun 1825-1830. Mbah Djoego merupakan buyut dari Susuhanan Pakubuwono I. Adapun RM Imam Soedjono buyut dari Sultan Hamengkubuwono I. Beberapa tahun setelah meninggalnya kedua tokoh tersebut, pesarean Gunung Kawi sering dikunjungi oleh masyarakat. Mereka memiliki kepercayaan apabila berdoa dengan niatan baik dan sungguh-sungguh di makam tersebut, apa yang menjadi keinginannya akan terkabulkan/terwujud. Hal tersebut terus berlangsung hingga sekarang. Setiap malam Jum’at Legi selalu diadakan ritual keagamaan dengan tujuan mendoakan kedua tokoh tersebut.
Selain malam Jum’at Legi, hari yang dianggap sakral di Gunung Kawi terkait dengan kepercayaan Jawa, maka kunjungan biasanya dikaitkan dengan hari-hari pasaran Jawa: Jum’at Legi, Senin Pahing, Syuro, dan Tahun Baru. Pada hari-hari tersebut, pesarean Gunung Kawi tidak pernah sepi pengunjung. Salah satu kebiasaan pengunjung ketika sampai di Gunung Kawi pada malam Jum’at Legi adalah mandi di air sumber. Terdapat dua pemandian air sumber di Gunung Kawi yaitu pemandian sumber manggis dan pemandian sumber urip.
1.1    Rumusan Masalah
1.    Mendiskripsikan tentang modernisasi.
2.    Apasaja dampak dari modernisasi?
3.    Bagaimana sejarah ritual Gunung Kawi?
4.    Bagaimana jika masyarakat gunung kawi dikaitkan dengan teori modernisasi?

2.1    Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui teori modernisasi
2.    Mengetahui dampak dari modernisasi
3.    Mengetahui sejarah ritual gunung kawi
4.    Mengetahui penerapan/implementasi modernisasi masyarakat gunung kawi.

3.1    Manfaat Penelitian
1.    Sebagai bahan informasi atau refrensi bagi khalayak umum, yang didalamnya menerangkan tentang budaya yang ada dalam masyrakat kawi dan juga transformasi modernisasi di Wonosari.
2.    Sebagai bahan refrensi bagi mahasiswa dan masyrakat yang membutuhkan informasi tentang budaya, mitos, cerita, dan modernisasi di gunung kawi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

 2.1    Teori Modernisasi
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut. Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur. Diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini. Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil. Berikut pengertian modernisasi menurut beberapa ahli:
a)      Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis.
b)      Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. (dalam buku Sosiologi: suatu pengantar)
c)      Wilbert E Moore yang menyebutkan modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang stabil. Sementara menurut J W School, modernisasi adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.



2.2    Dampak Modernisasi
1.      Dampak Positif
Dampak positif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut.
  1. Perubahan Tata Nilai dan Sikap: Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat yang irasional menjadi rasional.
  2. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di waktu sekarang ini.
  3. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik: Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah maju menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih, dan juga merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, hal ini juga dipengaruhi tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu perkembangan modernisasi.    
2.      Dampak Negatif
Dampak negatif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut.
  1. Pola Hidup Konsumtif: Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing – masing.
  2. Sikap Individualistik: Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.


  1. Gaya Hidup Kebarat-baratan: Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
  2. Kesenjangan Sosial: Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik.
  3. Kriminalitas: Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif.

Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian sebagai berikut:
Ø  Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya taraf penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
Ø  Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup dalam masyarakat.



BAB III
METODE PENELITIAN

3.1       Jenis Peneliian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dimana penelitian kulitatif adalah metode yang dapat menemukan makna dalam suatu objek maslaah yang sedang diteliti. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dan mengandung makna. Artinya makna tersebut adalah data yang sebenarnya, data yang bersifat pasti dan memiliki nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari suatu yang akan diteliti. Melalui penelitian kualitatif ini, peneliti bisa melakukan eksplorasi terhadap suatu objek. Disini peneliti juga menggunakan jenis penelitian studi kasus, dimana studi kasus sendiri, adalah penelitian yang mendalam mengenai suatu individu atau kelompok, suatu organisasi, dan sebaginya. Dalam waktu tertentu dengan tujuan untuk memperoleh diskripsi yang utuh. Oleh karena itu peneliti menggunakan penelitian kualitatif dikarenakan penelitian ini membutuhkan data yang harus dilakukan dengan mengunakan observasi dan dilakukan secara mendalam. Sedangkan peneliti memilih menggunakan studi kasus karena peneliti berusaha menggalih lebih dalam mengenai judul dati penelitiannya.
3.2       Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah transformasi masyarakat  gunung kawi ke arah modernisasi. Dengan menggunakan  teori modernisasi yang mengatakan bahwa modernisasi ialah perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra-modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Maka masyarakat gunung kawi bisa termasuk didalamnya karena  Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
3.3       Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasikan di Malang – Jawa Timur, tepatnya di kecamatan Wonosari, Kira-kira 40 Km di sebelah barat kota Malang (Jawa Timur), diseberang lereng sebelah selatan Gunung Kawi, yaitu di desa wonosari.
3.4       Teknik Pemilihan Informasi
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam memilih informan adalah purposive sampling, dimana tekhnik ini peneliti menentukan sendiri sampel yang diambilnya karena adanya pertimbangan tertentu, sampel tidak diambil secara acak namun di tentukan sendiri oleh peneliti, disini peneliti melihat langsung dan mencari informasi mengenai tempat wisata gunung kawi yang mampu menyedot perhatian orang banyak, sehingga mampu menunjang perekonomian masyarakat yang selanjutnya mendorong masyarakat ke arah modernisasi. Diharapkan dengan menggunakan tekhnik ini kriteria sampel yang diperoleh benar-benr sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
3.5        Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan 2 jenis sumber data, yaitu : Data Primer dan Data Sekunder. Data Primer didapat dari hasil observasi dan wawancara, sedangkan data Sekunder didapat dari studi kepustakaan.
  1. Data Primer
      Data Primer adalah data yang dapatkan langsung dari informan maupun lingkungan sekitar dimana penelitian dilakukan, yaitu pesarean Gunung Kawi, data didapat menggunakan tekhnik Observasi dan Wawancara.
1)      Observasi: Adalah cara pengambilan data dengan pengamatan langsung yang dapat dilakukan dengan menggunakan seluruh alat indera. Dimana observasi dilakukan pada hari senin & selasa(05-06 November 2013).

2)      Wawancara: Sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur, dan dilakukan di area sekitar pesarean. Pemilihan interviewee berdasarkan kriteria yang dibutuhkan untuk dapat menunjang penelitian.
  1. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media berupa internet dan buku pesarean Gunung Kawi, yang didapat dari pesarean tersebut. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
3.6       Teknik Analisa Data
Penganalisisan data dilakukan setelah data terkumpul melalui observasi dan wawancara yang telah dilakukan sebelumnya, dalam menganalisis data peneliti menggunakan metode metode coding, metode ini digunakan untuk mempermudah peneliti dalam membuat makalah penelitian. Hal ini disebabkan karena fungsi coding dalam penelitian untuk mencari sekaligus menemukan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, isu-isu penelitian, atau permasalahan penelitian. Coding yang dilakukan adalah open coding (merupakan proses untuk mengurai, menelaah, mengartikan kata, membandingkan dan mengkatagorisasikan data yang ada), axial coding (merupakan prosedur yang diarahkan untuk melihat keterkaitan antar katagori-katagori yang dihasilkan melalui open coding), dan selective coding ( merupakan suatu proses untuk menyeleksi katagori pokok, kemudian secara sistimatis menghubungkannya dengan katagori-katagori yang lainnya. Proses ini secara langsung akan memvalidasi keterikatan antara katagori-katagori yang berhasil diidentifikasi). Metode-metode ini akan di lampirkan pada halaman paling belakang.


3.7       Keabsahan Data
            Dalam sebuah penelitian, penting adanya bagi data tersebut valid dan reliable. Valid dalam hal ini adalah, data yang didapat harus dapat dipertanggung jawabkan sumbernya, data-data tersebut bersumber dari keterangan beberapa  mayarakat yang memiliki peran penting di Gunung Kawi dan hasil observasi dilapangan. Sedangkan reliable yang dimaksud adalah data – data tersebut dapat dipercaya oleh pembaca dan dapat dimanfaatkan kegunaannya dengan baik.



BAB IV
PEMBAHASAN

4.1       Sejarah Ritual Gunung Kawi
Gunung Kawi adalah sebuah gunung berapi di Jawa Timur, Indonesia, dekat dengan Gunung Butak, Gunung Kawi, terletak di sebelah barat kota Malang merupakan obyek wisata yang perlu untuk dikunjungi bila berada di Jawa Timur karena keunikannya, obyek wisata ini lebih tepat dijuluki sebagai “kota di pegunungan“. Di sini tidak akan menemukan suasana gunung yang sepi, tapi justru kita akan disuguhi sebuah pemandangan mirip di negeri tiongkok zaman dulu. Di sepanjang jalan kita akan menemui bangunan bangunan dengan arsitektur khas Tiongkok, dimana terdapat sebuah kuil/klenteng tempat untuk bersembahyang atau melakukan ritual khas Kong Hu Cu. Biasanya orang-orang Tionghoa mengunjungi tempat ini pada hari-hari tertentu untuk melakukan ritual keagamaan seperti memohon keselamatan , giam si , ci suak, dll. Ada banyak hal unik yang berhubungan dengan kepercayaan yang dapat kita temukan di gunung Kawi, Salah satu diantaranya adalah sebuah pohon yang konon dipercaya bila kita kejatuhan daunnya, maka kita akan mendapat rejeki.
Pada malam-malam tertentu akan banyak sekali orang yang duduk di bawah pohon ini. Selain pohon, terdapat juga makam Mbah Djoego (jugo), seorang pertapa pembantu Pangeran Diponegoro, yang juga sangat dijaga oleh penduduk setempat. Maka dari itu tempat ini biasa di jadikan sebagai tempat untuk melakukan wisata ritual dan bahkan banyak yang mengatakan tempat ini sebagai tempat mencari pesugihan. Kronologi sejarah wisata ritual Gunung Kawi dimulai pada tahun 1830, setelah Pangeran Diponegoro menyerah pada Belanda. Banyak pengikutnya dan pendukungnya yang melarikan diri ke arah bagian timur pulau Jawa, yaitu Jawa Timur. Di antaranya selaku penasehat spiritual Pangeran Diponegoro yang bernama Eyang Djoego atau Kyai Zakaria. Beliau pergi ke berbagai daerah di antaranya Pati, Begelen, Tuban, lalu pergi ke arah Timur Selatan (Tenggara) ke daerah Malang yaitu Kepanjen.
Pengembaranya mencapai daerah Kesamben Blitar, tepatnya di dusun Djoego, Desa Sanan, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.  Diperkirakan beliau sampai di Dusun Djoego sekitar tahun 1840, beliau di dusun Djoego ditemani sesepuh Desa Sanan bernama Ki Tasiman. Setelah beliau berdiam di dusun Djoego Desa Sanan beberapa tahun antara dekade tahun 1840-1850 maka datanglah murid-muridnya yang juga anak angkat beliau yang bernama Raden Mas Jonet atau yang lebih dikenal dengan Raden Mas Iman Soedjono, beliau ini adalah salah satu dari para senopati Pangeran Diponegoro yang ikut melarikan diri ke daerah timur pulau jawa yaitu Jawa Timur. Dalam pengembaraanya beliau telah menemukan seorang guru dan juga sebagai ayah angkat di daerah Kesamben, Kabupaten Blitar tepatnya didusun Djoego Desa Sanan, yaitu Panembahan Eyang Djoego atau Kyai Zakaria, kemudian R.M. Iman Soedjono berdiam di dusun Djoego untuk membantu Eyang Djoego dalam mengelola Padepokan Djoego. Pada waktu itu Padepokan Djoego telah berkembang, banyak pengunjung menjadi murid Kanjeng Eyang Djoego.
Beberapa tahun kemudian tahun 1850-1860, datanglah murid R.M. Iman Soedjono yang bernama Ki Moeridun dari Warungasem Pekalongan. Setelah R.M.Iman Soedjono dan Ki Moeridun berdiam di Padepokan Djoego, beberapa waktu kemudian diperintahkan pergi ke Gunung Kawi di lereng sebelah selatan, untuk membuka hutan lereng selatan Gunung Kawi. Kanjeng Eyang Djoego berpesan bahwa di tempat pembukaan hutan itulah beliau ingin dikramatkan (dimakamkan), beliau juga berpesan bahwa di desa itulah kelak akan menjadi desa yang ramai dan menjadi tempat pengungsian (imigran). Setelah pembabatan hutan dilereng selatan Gunung Kawi dianggap selesai, maka diutuslah salah satu pendereknya (pengikut) untuk pulang ke dusun Djoego, Desa Sanan Kesamben, untuk melapor kepada Eyang Djoego bahwa pembabatan hutan dilereng selatan Gunung Kawi telah selesai dilakukan. Setelah mendengar laporan dari utusan R.M. Iman Soedjono tersebut maka berangkatlah Kanjeng Eyang Djoego ke dusun Wonosari di lereng selatan Gunung Kawi. Pada hari Senin Pahing tanggal Satu Selo Tahun 1817 M, Kanjeng Eyang Djoego wafat.

Jenasahnya dibawa dari Dusun Djoego Kesamben ke dusun Wonosari Gunung Kawi, untuk dimakamkan sesuai permintaan beliau yaitu di gumuk (bukit) Gajah Mungkur di selatan Gunung Kawi, kemudian tiba di Gunung Kawi pada hari Rabu Wage malam, dan dikeramat (dimakamkan) pada hari Kamis Kliwon pagi. Dengan wafatnya Kanjeng Eyang Djoego pada hari Senin Pahing, maka pada setiap hari Senin Pahing diadakan sesaji dan selamatan oleh Kanjeng Eyang R.M. Iman Soedjono. Apabila, hari Senin Pahing tepat pada bulan Selo (bulan Jawa ke sebelas), maka selamatan diikuti oleh seluruh penduduk Desa Wonosari yang dilakukan pada pagi harinya. Kegiatan ini sampai sekarang terkenal dengan nama Barikan. Pada hari Rabu Kliwon tahun 1876 Masehi, Kanjeng Eyang R.M. Iman Soedjono wafat, dan dimakamkan berjajar dengan makam Kanjeng Mbah Djoego di Gumuk Gajah Mungkur.
Sejak meninggalnya Eyang R.M. Iman Soejono, Dusun Wonosari bertambah ramai. Pada tahun 1931 datang seorang Tiong Hwa yang bernama Ta Kie Yam (Pek Yam) untuk berziarah di Gunung Kawi. Pek Yam merasa tenang hidup di Gunung Kawi dan akhirnya dia menetap didusun Wonosari untuk ikut mengabdi kepada Kanjeng Eyang (Mbah Djoego dan R.M. Soedjono) dengan cara membangun jalan dari pesarehan sampai kebawah dekat stamplat.Setelah jalan itu jadi, kemudian dilengkapi dengan beberapa gapura, mulai dari stanplat sampai dengan sarehan. Selain pesarean sebagai fokus utama tujuan para pengunjung, terdapat tempat-tempat lain yang dikunjungi karena dikeramatkan dan dipercaya mempunyai kekuatan magis untuk mendatangkan keberutungan, antara lain:

1)      Rumah padepokan Eyang Sujo
Rumah padepokan ini semula dikuasakan kepada pengikut terdekat Eyang Sujo yang bernama Ki Maridun. Di tempat ini terdapat berbagai peninggalan yang dikeramatkan milik Eyang Sujo, antara lain adalah bantal dan guling yang berbahan batang pohon kelapa, serta tombak pusaka semasa perang Diponegoro.
2)      Guci Kuno
Dua buah guci kuno merupakan peninggalan Eyang Jugo. Pada jaman dulu guci kuno ini dipakai untuk menyimpan air suci untuk pengobatan.
Masyarakat sering menyebutnya dengan nama ‘janjam’. Mungkin ingin menganalogikan dengan air zamzam dari Padang Arafah yang memiliki aneka khasiat. Guci kuno ini sekarang diletakkan di samping kiri pesarean. Masyarakat meyakini bahwa dengan meminum air dari guci ini akan membuat seseorang menjadi awet muda.
3)      Pohon Dewandaru
Di area pesarean, terdapat pohon yang dianggap akan mendatangkan keberuntungan. Pohon ini disebut pohon Dewandaru, yang artinya pohon kesabaran. Eyang Jugo dan Eyang Sujo menanam pohon ini sebagai perlambang daerah ini aman. Untuk mendapat ‘simbol perantara kekayaan’, para peziarah menunggu dahan, buah dan daun jatuh dari pohon. Ketika ada yang jatuh, mereka langsung berebut. Untuk memanfaatkan sebagai sebuah azimat, biasanya daun itu dibungkus dengan selembar uang kemudian disimpan ke dalam dompet. Namun, untuk mendapatkan daun dan buah dewandaru diperlukan kesabaran. Hitungannya tidak hanya jam, tetapi bisa berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Bila harapan mereka terkabul, para peziarah akan datang lagi ke tempat ini untuk melakukan syukuran. Tidak ada persyaratan khusus untuk berziarah ke tempat ini, hanya membawa bunga sesajen, dan menyiapkan uang secara sukarela. Namun para peziarah yakin, semakin banyak mengeluarkan uang atau sesajen, semakin banyak berkah yang akan didapat.
masuk ke makam keramat, para peziarah bersikap seperti hendak menghadap raja, mereka berjalan dengan lutut. Hingga dewasa ini pesarean tersebut telah banyak dikunjungi oleh berbagai kalangan dari berbagai lapisan masyarakat. Mereka bukan saja berasal di daerah Malang, Surabaya, atau daerah lain yang berdekatan dengan lokasi pesarean , tetapi juga dari berbagai penjuru tanah air. Heterogenitas pengunjung seperti ini mengindikasikan bahwa sosok kedua tokoh yang diagungkan di pesarean Gunung Kawi tersebut adalah sosok kedua tokoh yang kharismatik dan populis. Namun di sisi lain, motif para pengunjung yang datang ke pesarean ini pun sangat beragam pula. Ada yang hanya sekedar berwisata, mendoakan leluhur, melakukan penelitian ilmiah, dan yang paling umum adalah kunjungan ziarah untuk memanjatkan doa agar keinginan lekas terkabul.
4)      Pemandian Sumber Manggis
Pemandian Sumber Manggis merupakan sumber mata air yang pada awal Raden Mas Imam Soedjono membuat hutan dan mendirikan pedusunan yang dinamakan Wonosari, sumber ini dipergunakan untuk sarana kebutuhan kebersihan, misalnya untuk mandi dan berwudhu. Semula pemandian ini berlokasi di tengah hutan agak jauh dari padepokan Raden Mas Imam Soedjono. Nama Sumber Manggis berasal dari Raden Mas Imam Soedjono yang menanam biji manggis di atas mata air tersebut sehingga tanaman manggis tumbuh subur.
5)      Pemandian Sumber Urip
Pemandian Sumber Urip terletak kurang lebih 500 meter di bawah arah timur pesarean. Mata air ini semula berada di tengah hutan yang lebat. Sumber mata air ini ditemukan oleh Raden Asim Nitiredjopada tahun 1946. Kini pemandian tersebut telah dibangun kamar-kamar dengan aliran air yang bersih. Sehingga banyak orang ingin mandi di temapat tersebut.
4.2       Analisis dengan Teori Modernisasi
Pada awalnya masyarakat di Gunung Kawi bermata pencaharian sebagai petani dengan mengandalkan potensi yang terdapat di alam, tapi dengan ramainya pengunjung yang datang ke tempat wisata religi ini masyrakat mulai bisa memanfaatkan situasi dan kondisi tempat wisata ini. Banyak faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk datang ke tempat wisata religi ini, diantara merka datang untuk berziarah ke gunung kawi karena yakin akan mendapatkan berkah sepulangnya hal ini disebabkan karena cerita masyarakat yang berkembang. Seperti halnya Pohon Dewandaru yang dipercaya sebagai pohon yang dikeramatkan karena menunggu daunnya jatuh akan mendapatkan keberuntungan hal ini disebabkan oleh adanya cerita masyarakat yang sudah melekat di sekitar gunung kawi. Banyak dari mereka yang memang sukses setelah berkunjung dari gunung kawi hal ini menjadikan motivasi bagi orang lain untuk datang ketempat wisata ini. Karena banyak wisatawan yang datang sehingga berdampak pada perekonomian yang meningkat.
Masyarakat memanfaatkn hari-hari tertentu untuk berjualan (hasil bumi di kawi, aneka makanan, bunga untuk melakukan ritul, dll) dan juga ada yng bersedia menyewakan penginapan.  Dikaitkan dengan teori modernisasi yang mengatakan bahwa Modernisasi ialah perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra-modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern.  Maka masyarakat gunung kawi bisa termasuk didalamnya karena  Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur. Ini dipengaruhi oleh tingkat ekonomi masyarakat gunung kawi yang kian tinggi yang berasal dari pendapatan daerah dengan memanfaatkan dan mengelola tempat wisata gunug kawi, sehingga menunjang dan mendukung masyarakat untuk berfikir lebih maju yang di iringi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil. Begitu pula yang terjadi pada masyarakat kawi, Khususnya desa wonosari yang sekarang ini mengalami transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik, ini disebabkan karena adanya pengaruh dari luar. Sehingga cara berpikir masyarakat kawipun yang awalnyan irasional menjadi rasional dan berorientasi kedepan.

 
BAB V
PENUTUP

5.1       Kesimpulan
Kesimpulan dari observasi di pesarean Gunung Kawi tersebut
  1. Dikaitkan dengan teori modernisasi yang mengatakan bahwa Modernisasi ialah perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra-modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Maka masyarakat gunung kawi bisa termasuk didalamnya karena  Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
2.      Desa wonosari mengalami transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik, ini disebabkan karena adanya pengaruh dari luar. Sehingga cara berpikir masyarakat kawipun yang awalnyan irasional menjadi rasional dan berorientasi kedepan.
  1. Banyak orang yang termotivasi untuk datang berziarah ke gunung kawi,  yaitu di makam Eyang Djoego atau Kyai Zakaria dan Raden Mas Iman Soedjono karena yakin akan mendapatkan berkah sepulangnya dari sana hal ini disebabkan karena cerita/asumsi yang berkembang di kalangan masyarakat luas.
  2. Pohon Dewandaru dipercaya sebagai pohon yang dikeramatkan karena menunggu daunnya jatuh akan mendapatkan keberuntungan hal ini disebabkan oleh adanya cerita masyarakat yang sudah melekat di sekitar gunung kawi.
5.2       Saran
1.      Wajar jika masyarakat di sekitar Gunung Kawi mengalami modernisasi, tapi itu semua harus diiringi dengan pengetahuan sehingga modernisasi lebih mengarah ke arah yang positif.  
2.      Dibutuhkannya Perubahan Tata Nilai dan Sikap: Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat yang irasional menjadi rasional.
3.      Kita boleh mempercayai hal-hal yang mistis, seperti berdoa di makam Eyang Djoego atau Kyai Zakaria dan Raden Mas Iman Soedjono karena yakin akan mendapatkan berkah. Tapi kita harus ingat bahwa semua datang dari Tuhan dan kembali pun hanya kepadaNYA. Jadi lebih baik dan mulianya jika kita meminta segala sesuatu hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa tiada yang lain.
4.      Saya tekankan lagi bahwa keberuntungan itu datangnya dari Tuhan dan sebaliknya. Kita tidak boleh percaya pada hal-hal yang menurut kita tabu atau belum tentu kebenarannya.


DAFTAR PUSTAKA


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar